Review Episode 6 “Beyond the Wall” Game of Thrones Season 7 – Thrones ID
Review ini mengandung spoiler Season 7. Bagi yang belum nonton, you have been warned.
Harus diakui episode 6 bukan episode yang sangat berkesan. Tapi, dengan berbagai spoiler dan bocoran menghantui, episode 6 masih tetap manis untuk dinikmati.
Dengan sampainya kita di episode 6, kita sudah bisa menebak sedikit arah dari akhir season 7, atau bahkan akhir dari serial TV tercinta kita, Game of Thrones. Mari kita review satu per satu.
Suicide Squad Beyond the Wall
Review episode 5 kemarin tidak membahas sama sekali tentang rencana yang diusulkan Tyrion untuk menangkap satu pasukan zombie (wight/bukan white walkers) untuk dihadirkan kepada Cersei.
Usulan ini bukan hanya tidak masuk akal, namun juga terkesan bodoh. Mengapa susah-susah meyakinkan Cersei untuk menerima kenyataan ada pasukan zombie menyerang Westeros? Anehnya, tidak ada satu orangpun yang berkata ini adalah misi yang bodoh, bahkan Varys – orang yang puluhan tahun berinteraksi dengan Cersei – pun diam. Seakan-akan Cersei akan percaya begitu saja dengan dihadirkan satu zombie di hadapannya. Bukankah salah satu Queensguard Cersei selama ini juga – The Mountain adalah zombie?
Terlepas absurditas usulan Tyrion, Jon Snow dan Ser Jorah Mormont tetap berangkat ke luar the Wall, bersama dengan kelompok kecil berjumlah 13 orang. Di dalamnya ada beberapa orang yang sangat terkait dengan “api”: Jon Snow dan Beric Dondarion dibangkitkan dari kematian oleh dewa api, Thoros of Myr pendeta dewa api, Gendry pandai besi yang menguasai api, Ser Jorah disembuhkan dari greyscale (kemungkinan) dengan dragonglass yang terbuat dari semburan api, The Hound sewaktu kecil mukanya terbakar api, dan Tormund seorang ginger berambut merah yang dicium api.
Mereka kemudian saling berbincang dalam perjalanan menuju kawanan White Walkers. Mereka bukan sekelompok orang yang akur sebelumnya.
Gendry pernah dijual oleh Brotherhood kepada Melissandra. The Hound mengetahui Tormund memuja perempuan tinggi, pirang, dan bisa bertarung – yang kemudian diketahui dia adalah Brienne of fuck*ng Tarth, orang yang pernah hampir membunuhnya. Jon Snow akhirnya mengungkit tentang Jeor Mormont kepada Jorah, sambil berinisiatif mengembalikan pedang Longclaw yang seharusnya dimiliki oleh House Mormont, walaupun ditolak oleh Jorah.
Mereka kemudian sampai ke kawanan kecil dari pasukan zombie, yang dipimpin oleh satu White Walker. Mereka kemudian menyerang secara tiba-tiba dan berhasil menangkap hidup-hidip satu dari kawanan tersebut.
Tapi ternyata, pasukan zombie di sana bukan hanya itu, ada ribuan lain yang kemudian mengejar kawanan Jon Snow, yang dipimpin oleh Night King. Sampai akhirnya Jon dan tim-nya terperangkap di atas bebatuan di mana sekelilingnya es yang rapuh, sehingga wights hanya mengepung mereka selama berhari-hari.
Jon Snow terperangkap, dan hanya berharap Daenerys menolong mereka.
Lalu bagaimana Night King bisa tahu kalau Jon Snow datang kepada mereka?
Well, banyak yang berteori bahwa sebetulnya White Walkers mengetahui sedari awal kalau Jon Snow dan kelompoknya akan datang. Night King merupakan keturunan dari First Men dan memiliki penglihatan selayaknya Three-eyed Raven, sehingga Night King dan pasukannya sudah bersiap-siap menunggu kedatangan Jon. Teori lain menjelaskan bahwa koneksi Bran Stark dan Night King ala “Harry-Voldemort” membuat Night King bisa mengakses penglihatan di masa depan, oleh karenanya bisa mengantisipasi kedatangan Jon Snow dan kelompoknya.
(Ada gambar di suatu artikel, yang menjelaskan tempat di mana Bran mengintai pasukan zombie melalui raven adalah lokasi yang sama di mana Jon dan Daenerys bertarung melawan White Walkers)
Ice Dragon
Daenerys datang dan menyelamatkan para pahlawan. Daenerys menyelamatkan hampir semua lima orang tersisa, kalau saja Jon Snow tidak “sok jagoan” bertarung sendirian ketika yang lain sudah naik ke punggung drogon.
Penyelamatan ini harus dibayar mahal oleh Daenerys, karena salah satu dragon-nya, Viserion mati dan tenggelam ke dalam es karena ditombak oleh Night King. Di akhir episode, bangkai Viserion diangkat oleh White Walkers dan kemudian dibangkitkan sebagai pasukan zombie. Apakah ini membenarkan teori fans tentang Ice Dragon?
Banyak fans mengaitkan dengan teori tentang ice dragon. Dalam serial buku ASOIAF, hanya sedikit referensi yang menyebutkan tentang ice dragon. Salah satunya adalah cerita yang didongengkan old nanny untuk menakut-nakuti anak kecil tentang seramnya long night, di mana pada musim dingin yang panjang akan keluar seekor dragon yang dari mulutnya mengeluarkan es.
Walaupun begitu, banyak fan theory yang juga mendasarkan argumen teori ini pada buku petualangan anak-anak yang ditulis George R.R. Martin di tahun 1980-an berjudul “The Ice Dragon.” Buku ini menceritakan tentang petualangan anak kecil yang tumbuh pada musim dingin yang panjang, suatu ketika bertemu “ice dragon” dan membawanya mengalahkan “fire dragon”. Teori ini menganalogikan bahwa cerita anak kecil ini adalah white walkers yang kemudian akan mengalahkan manusia. GRRM kemudian mengklarifikasi bahwa buku “The Ice Dragon” tidak terkait sama sekali dengan universe A Song of Ice and Fire / Game of Thrones. Tetapi tetap saja, banyak fans yang menganggap ini merupakan salah satu referensi besar munculnya Ice Dragon.
Sulit untuk membenarkan apakah Viserion akan benar-benar menjadi Ice Dragon seperti yang diramalkan banyak fans. Pertanyaan pertama misalnya, apakah Viserion akan tetap menyembur api atau es? Karena sangat masuk akal, apabila Viserion tetap menyemburkan api, misalnya untuk merobohkan the Wall.
Arya vs Sansa
Hampir semua orang pasti kesal dengan episode ini. Bagaimana bisa Arya yang pintar dan cerdik bisa bertindak begitu ceroboh? Arya sudah seharusnya sedari awal tidak menganggap Sansa adalah musuhnya, hanya karena kecerobohan Sansa ketika berada di King’s Landing. Arya seharusnya sudah menyadari bahwa dia dan Sansa sedang diperdaya oleh Littlefinger dengan surat tersebut. Arya seharusnya menjadi Stark yang paling pintar dan paling kritis. Andai cerita Game of Thrones dibentuk dengan sangat sederhana seperti itu.
Yang banyak tidak kita sadari adalah Arya bertahun-tahun tinggal di House Black and White, berinteraksi dengan penyembah dewa kematian, dan dilatih sebagai Faceless Assassin. Salah satu latihan yang Arya ikuti di sana adalah “the Game of Faces”, permainan pikiran yang bertujuan mengetahui suatu perkataan tersebut benar atau bohong. Faceless Assasin mampu berbohong, atau mendeteksi perkataan orang yang berbohong. (Oleh karena itu Arya dipukul apabila ketahuan berbohong dalam “Game of Faces”)
Mungkinkah Arya sengaja memberondong Sansa dengan tuduhan-tuduhan mengkhianati Stark untuk mengetahui pikiran Sansa yang sebenarnya?
Dari perkataan Sansa di episode ini, kita jadi tahu Sansa merasa North dan keluarganya berhutang kepadanya, karena di Battle of Bastard Jon kalah dan berkat Sansa lah Knight of the Vale mau datang dan menolong pasukan Jon. Dalam hal ini, Sansa benar-benar merasa dirinya lebih layak berkuasa di North dibandingkan Jon.
Dengan fakta ini pula, Arya mungkin sudah memperkirakan segala tindakan Sansa, termasuk dengan pengaruh Littlefinger. Di episode depan, kira-kira kita akan melihat strategi apalagi yang akan dilakukan Arya, jelas Arya tidak akan mengantagonisasi sosok Sansa di depan banyak orang (karena Arya seharusnya tidak sebodoh itu), apalagi membunuh Sansa.
Di sisi lain, Sansa juga masih menaruh rasa percaya kepada Arya, dengan mengutus Brienne ke King’s Landing. Sansa tidak ingin tergoda dengan saran Littlefinger, apabila Arya ingin menyakiti Sansa maka Brienne harus maju mencegah Arya.
Yang jelas, apabila hanya karena perselisihan kecil ini salah satu di antara Arya dan Sansa harus mati season ini, maka serial ini sudah mulai jatuh kualitasnya.
Musyawarah Akbar di Westeros
Ada dua hal penting yang diangkat di episode ini: bagaimana season ini akan berakhir dan bagaimana Game of Thrones akan berakhir di Season depan. Dan dua poin penting ini dijelaskan dalam percakapan antara Tyrion dan Daenerys.
(Sejak kedua karakter bertemu di Season 5, chemistry antara Peter Dinklage dan Emilia Clarke sangat bagus. Kredit harus diberikan kepada D&D untuk ini)
Pertama, ketika Tyrion dan Jaime bertemu di King’s Landing diam-diam, ternyata Tyrion bukan hanya memperingatkan tentang bahaya White Walkers di North. Ada kesepakatan lain yang ditawarkan oleh Tyrion kepada Jaime untuk mempertemukan dua kepentingan: Daenerys yang ingin berkuasa dan peralihan kekuasaan tanpa kekerasan.
Di sini, Tyrion mengajukan usulan untuk mengadakan semacam musyawarah akbar yang mengundang semua kekuatan di Westeros untuk bertemu di King’s Landing. Tentu saja, musyawarah ini bukan saja membahas tentang kemungkinan adanya gencatan senjata untuk sama-sama menghadapi White Walkers, tapi juga membicarakan kemungkinan peralihan kekuasaan secara damai.
Musyawarah ini akan meminta Cersei untuk memberikan kekuasaan kepada Daenerys secara damai, tanpa memberangus kekuasaan Lannisters di Westerland. Tentu saja, sebelum musyawarah ini berlangsung, Cersei hanya mengetahui Daenerys hanya ingin bertemu untuk berbicara soal gencatan senjata. Tapi di sisi lain, Jaime kemungkinan sudah setuju dengan usulan Tyrion ini, karena apabila memaksa untuk tetap berperang menghadapi Daenerys, maka akan timbul banyak kerusakan.
Di sinilah kemungkinan awal perpecahan Jaime dan Cersei. Di episode 5 kemarin, Cersei sudah memikirkan strategi yang akan diambil oleh ayah mereka, Tywin untuk menyikapi ini: tidak lain, tidak bukan seperti Red Wedding. Lebih baik membantai beberapa orang secara tidak terhormat di pernikahan daripada harus berperang yang mengorbankan ribuan orang.
Untungnya Tyrion sudah memperkirakan hal ini, oleh karenanya Daenerys tidak terlihat dalam trailer episode 7, yang memperlihatkan orang-orang yang akan menghadiri musyawarah akbar yang diadakan di bekas kandang dragons jaman dahulu ini, “The Pit of Dragons.” Kemungkinan besar Daenerys akan menunggu di tempat lain, bersama dua dragons, ribuan unsullied, dan ratusan ribu Dothraki. Berjaga-jaga apabila Cersei berkhianat dalam musyawarah ini.
Ending of Game of Thrones: Breaking the Wheel to Democracy
Kedua, dalam percakapan antara Tyrion dan Daenerys, Tyrion berbicara soal suksesi kekuasaan apabila nanti Daenerys meninggal. Kita tahu, Daenerys tidak bisa memberikan keturunan lagi (kemungkinan karena keguguran ketika mengandung Rhaego pertama kali).
Kemudian Tyrion berbicara model-model suksesi kekuasaan dan pemilihan penguasa. Seperti Night’s Watch yang menggunakan pemungutan suara, atau Iron Born yang menggunakan musyawarah (lihat lagi Season 6 episode 5 ketika Euron terpilih menjadi King of Iron Islands).
Tyrion benar-benar memikirkan secara serius tentang sistem pemilihan raja, apabila nanti Daenerys ingin membangun dunia baru. Tyrion menyadari, konflik besar yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan oleh penentuan penguasa berdasarkan yang berhasil memenangkan peperangan, bukan siapa yang paling layak duduk di Iron Throne. Sedangkan, terlalu banyak korban berjatuhan akibat obsesi orang-orang yang ingin duduk di singgasana Iron Throne.
Hanya karena Robert Baratheon meninggal dan pewarisnya bukan merupakan anak yang sah, 5 orang yang memiliki ribuan pasukan (Joffrey, Robb, Stannis, Renly, dan Baelon) bertarung memperebutkan tahta Iron Throne dalam “War of Five Kings.” Belum lagi sejarah Targaryen ketika satu raja mati, kemudian diperebutkan oleh beberapa anak yang merasa berhak berkuasa (baca sejarah “Dance of Dragons”, konflik antar Targaryen yang membuat dragons punah).
Tyrion tidak menginginkan itu terjadi lagi. Oleh karenanya, dalam musyawarah besar nanti, Tyrion kemungkinan akan mengajukan sistem kerajaan berdasarkan konstitusi dan demokrasi, yang akan mengatur pemilihan raja Seven Kingdoms antara major houses di Westeros setelah Daenerys meninggal. Tawaran ini juga yang kemungkinan akan dijadikan alat tawar Tyrion untuk Cersei agar mau meninggalkan tahta Iron Throne.
Lalu apakah Cersei akan menerima? Akan sulit rasanya. Oleh karena itu, kita harus bersiap menyaksikan perang besar sekali lagi di King’s Landing antara Cersei versus Daenerys.
Terlepas dari hal ini, ending dari Game of Thrones yang bersifat manis-pahit (bittersweet) sudah terlihat. Kemungkinan karakter-karakter utama akan mati, mungkin Jon Snow, Daenerys, Cersei, Jaime, atau bahkan Sansa. Tetapi kepahitan ditinggalkan karakter-karakter utama tersebut berbuah manis dengan munculnya constitutional-monarchy, di mana raja tidak dipilih lagi berdasarkan siapa yang menang perang tetapi berdasarkan siapa yang paling pantas menduduki Iron Throne.
Prediksi Episode 7
Season Finale sudah di depan mata. Setelah itu kita harus menunggu 1-2 tahun lagi untuk Season 8.
Musyawarah Akbar tentu tidak akan berakhir mulus. Cersei jelas-jelas sudah mempersiapkan jebakan untuk yang hadir, kemungkinan berusaha membunuh mereka semua. Misalnya dengan wildfire (?), yang dilemparkan ke pasukan Unsullied dan Dothraki, kemudian semua orang di “Pit of Dragons” juga ditangkap.
Dalam trailer episode 7, kita juga melihat bayangan yang kemungkinan besar merupakan The Hound a.k.a. Sendor Clegane yang sedang menghunus pedang. Akan terjadi di episode 7, apa yang ditunggu-tunggu sebagai “Cleganabowl” atau pertarungan antara musuh lama, The Hound versus The Mountain. Situasi ini tidak mungkin terjadi dalam kejadian yang damai.
Yang menarik adalah apa yang terjadi antara Arya dan Sansa. Ada teori yang mengatakan, sebetulnya Arya sudah membunuh Littlefinger (off-screen) dan menggunakan wajah Littlefinger untuk mengetes Sansa, termasuk menyarankan Brienne untuk membunuh Arya. Tentu belum ada bukti kuat teori ini benar, tetapi di episode 7 sudah seharusnya ada penyelesaian akhir antara konflik Arya-Sansa-Littlefinger. Dalam hal ini, kita semua sulit membayangkan skenario apa yang bisa terjadi, mengingat plot yang dibangun tidak menyisakan sedikitpun clue untuk prediksi. Apalagi Bran Stark yang tidak kelihatan sama sekali di episode 6.
Akan ada reuni yang menarik di Episode 7, Tyrion bertemu Podrick yang terakhir kali bertemu ketika Tyrion di penjara. Brienne juga akan kembali bertemu The Hound. Tetapi Arya nampaknya belum bisa reuni dengan Jon Snow season ini. Reuni yang paling dinanti-nantikan.
Salah satu harapan bagi Season 7 sebelum berakhir, semoga ada satu lagi flashback Bran Stark ke masa lalu untuk menguatkan cerita pernikahan Rhaegar dan Lyanna. Misalnya dengan memperlihatkan Rhaegar dan Lyanna sedang mengucapkan janji cinta di Dorne? Akan semakin mempermanis berakhirnya Season 7.
Yang jelas, akan ada beberapa karakter besar yang mati di episode 7. Sebagian besar yang berada dalam musyawarah akbar, seperti Cersei, Bronn, Podrick, Missandei, Grey Worm, Ser Jorah, atau The Hound?
Littlefinger sudah seharusnya mati. Just die, you little prick!
Setuju prediksi kami?
Tinggalkan di kolom komentar di bawah.